Latest News

Thursday 27 January 2011

MENGENAL HATI YESUS


MENGENAL HATI YESUS
BERDASARKAN Matius 18:1-35


Matius 18:1-5
1.       Yesus menghendaki pertobatan, yakni berbalik arah hidup dari dosa dan diri sendiri kepada Tuhan dan kehendak-Nya.
2.       Yesus menghendaki sikap hati seorang 'anak' di dalam menerima Tuhan, maksudnya sikap rendah hati yang tulus, polos, mau dan gampang diajar oleh kebenaran.
3.        Yesus menghendaki kita melayani orang yang hatinya mau belajar dan diajar oleh Firman Tuhan tanpa memperhatikan latar belakang, kepandaian, status/jabatan.  Menerima berarti: menyambut, meraih, tidak membiarkan 'anak-anak' ini.

Matius 18:6-14
4.       Yesus menghendaki agar kita tidak ikut penyesat maupun ajaran sesat.  Waspadalah'! Banyak ajaran sesat dan penyesat di sekitarmu.  Mereka kelihatan baik, bahkan sangat baik dan suka membantu tetapi bisa jadi adalah ajaran sesat.  Janganlah sedikit-sedikit berkata, 'Tidak apa-apa, kan dia sesama orang Kristen dan mengaku Kristen juga.'  Banyak orang mengaku dari aliran Kristen bahkan menyebut Yesus, tetapi sebenarnya ajaran sesat.  Tuhan menghendaki agar kita tidak tersesat.  Tuhan menghendaki kita menghindari, menjauhi, tidak ikut terpancing, jangan mendengarkan dan hanyut/ikut dalamnya.
5.       Yesus menghendaki agar kita menghargai orang yang memiliki hati "anak" ini.  Yesus tidak pernah segan dengan orang karena dia adalah: kaya, pandai, berpangkat/pejabat, terkenal, tokoh masyarakat, rohaniwan/pendeta/vicaris/evangelis/pastor,dst.  Yesus mengasihi semua orang, tetapi Yesus menghargai orang-orang yang mau terbuka dan datang kepada Tuhan.
6.       Yesus menghendaki agar org dengan hati "anak" diselamatkan: bertobat dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Matius 18:15-35

7.       Yesus menghendaki kita intervensi terhadap saudara seiman yang  jatuh dosa dengan cara yang benar.  Intervensi terhadap saudara seiman yang jatuh dalam dosa tidak didasarkan pada gosip/berita yang belum jelas kebenarannya, bukan pula didasarkan pada perbedaan pendapat dan tidak boleh disamakan dengan asumsi/prasangka negatif/jahat.
8.        Yesus menghendaki kita mengampuni.  Ini sangat tidak mudah, terkhusus bila kita disakiti sedemikian rupa dan terluka sedemikian dalam.  Tuhan menghendaki kita mengampuni karena Dia terlebih dahulu mengampuni kita, menghapus semua dosa-dosa kita yang keji dan mau memulihkan relasi kita yang tadinya musuh Allah.

Kiranya Tuhan menolong kita mengenal keinginan hati Yesus terhadap orang-orang percaya dan belajar menghidupi yang kita percayai.  Amin.

Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Tuesday 25 January 2011

BENTENG PERLINDUNGAN





BENTENG PERLINDUNGAN
Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah,
kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan
dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
Roma 6:22
Ada cerita fabel mengenai seekor kambing yang dikejar oleh pemburu.  Mulanya, pemburu tidak dapat menemukan kambing itu karena bersembunyi di antara ranting-ranting pohon Anggur.
Karena merasa aman, kambing keluar dari persembunyiannya dan mulai makan daun-daun pohon anggur itu.  Pada saat itulah, pemburu mendengar gemerisik daun dan melihat bagian badan kambing.  Kambing ini dibidik dengan sebuah panah dan mati.  Fabel ini coba menjelaskan bagaimana orang yang meninggalkan perlindungannya akan merusak dirinya sendiri.
Menjadi orang Kristen dan tinggal di dalam Kristus adalah sama dengan seorang prajurit tinggal di benteng yang sangat kuat.  Ia dapat mengerjakan tugasnya dengan lebih efektif dan dan efisien.
Demikian halnya orang Kristen menghadapi segala permasalahan hidup.  Di mana-mana dosa mengintip dan memperbudak manusia.  Sisi ekstrim dosa: membuat orang kecanduan narkoba; kecanduan film porno hingga tindak kejahatan yang di luar pikiran sehat.  Belum lagi perkataan dan pikiran kotor hingga berbagai permasalahan yang menyebabkan manusia menjadi rusak.
Sengat dosa inilah yang dibereskan oleh Yesus Kristus dengan datang ke dalam dunia; disalibkan; mati; dan bangkit mengalahkan maut.  Setiap orang yang mau menerima Yesus dan karya-Nya dalam iman, akan diselamatkan.  Orang yang sudah diselamatkan disebut manusia baru.
Manusia baru inilah yang mampu hidup bebas dari belenggu dosa.  Jikalau manusia baru mau mentaati Kristus, ia akan hidup menurut pimpinan Roh.  Jikalau ia menuruti keinginan daging, maka ia akan menderita dalam dosa kembali.
Itulah sebabnya, Paulus mengingatkan setiap orang Kristen agar mati dan bangkit bersama Kristus.  Mati bersama Kristus artinya, mati terhadap dosa dan hidup lama.  Bangkit bersama Kristus artinya, mengenakan manusia baru dan mentaati Kristus.  Di sinilah hidup Kristen baru efektif, hanya ketika ia berpaut sepenuhnya kepada Kristus. 
Seperti ranting yang menjadi perlindungan bagi kambing dalam cerita di atas, demikian pula manusia membutuhkan benteng perlindungan dengan tetap tinggal sepenuhnya dalam Kristus.  Bagaimana dengan hidup kita?  Adakah saat ini kita tergoda untuk menikmati 'jajan' duniawi? 
Meninggalkan waktu untuk saat teduh (baca Alkitab, merenungkan dan mengevaluasi hidup), mengesampingkan apa yang kita tahu itu tidak boleh, tetapi kita terus saja melakukan, memilih cari dukun atau gwamia atau iseng-iseng lihat horoskop/ramalan bintang di Facebook adalah tindakan sederhana meninggalkan benteng perlindungan diri.
Mengesampingkan atau bahkan meninggalkan benteng perlindungan adalah tindakan nekat merusak diri.  Jikalau kita perduli dengan diri kita yang adalah bait Allah, mari kita cepat-cepat kembali kepada Yesus benteng hidup kita.  Amin.

Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Sunday 23 January 2011

TUHAN YESUS TERIMA KASIH






'TUHAN YESUS' TERIMA KASIH.. SUDAH MENYERTAI.. AMIN.'


Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
I Timotius 6:6

  
Mengajarkan anak sendiri untuk berdoa adalah salah satu bagian hidup rohani yang indah.  Kami senang ketika mengajak Jonas untuk belajar berdoa.  Mulanya Jonas hanya mendengar, kemudian lama kelamaan dia mengikuti doa kami.  Hal yang menggembirakan saya adalah ketika malam itu sebelum tidur, saya menanyakan: 'Apakah Jonas mau berdoa?' dan dijawabnya, 'No'.  Saya lanjutkan lagi pertanyaan, 'Apakah Jonas mau papa berdoa?' dijawabnya lagi, 'No'  Kemudian saya bertanya sekali lagi, 'Apakah Jonas mau berdoa sendiri?'  Dia langsung menjawab, 'Yes.'
Belum selesai dengan rasa gembira di hati saya, tiba-tiba Jonas berdoa, 'Tuhan Yesus.. Terima Kasih' Sudah menyertai.. Amin.'  Saya begitu terharu mendengar doa pertama kalinya dan memujinya, 'Good Job!  Excellent!'.  Sembari menemani anak saya tidur, saya seperti terngiang oleh doanya yang singkat dan tulus ini.  Doa anak ini sederhana, tulus dan sangat wajar.
Jonas belum mengetahui banyak tentang Teologi Berdoa, doktrin apalagi pengajaran-pengajaran seputar Citra Diri Allah.  Namun, doanya yang singkat ini seperti berbicara banyak kepada saya.  Pertama, kalimat doa yang singkat itu sarat dengan ungkapan syukur.  Suatu rasa dan pengakuan yang sadar akan pemeliharaan Tuhan.  Mengucap syukur bisa menjadi hal yang biasa teramat biasa (rutin) dan tidak lagi bermakna. 
Saya sangat diberkati oleh doa sederhana Jonas.  Suatu pernyataan tahu diri terhadap kebaikan Tuhan sepanjang hari ini.  Mengucap syukur adalah bentuk keindahan doa bila diserapi dan dimengerti dalam dimensi manusia yang menyadari keberadaan dan kasih Allah.  Tentu doa ini terasa hambar bila diucapkan dengan motif keraguan, kemarahan, kekecewaan serta kesalahpahaman terhadap Allah.
Kedua, doa singkat itu mengingatkan akan kata contentment.  Kata ini dalam kamus Oxford  Tenth Edition didefinisikan sebagai suatu keadaan damai dan puas.  Surat Paulus kepada Timotius mengungkapkan dalam beribadah bila disertai dengan rasa puas (contentment) akan memberikan faedah yang sangat besar. 
Doa adalah bagian dari hidup beribadah.  Hidup yang disyukuri dan disikapi dengan rasa contentment di hadapan Tuhan memang memberikan untung yang besar.  Ini bukan tentang harta atau barang tertentu yang mahal, tetapi tentang rasa sukacita dan damai sejahtera yang diberikan sebagai anugerah Allah.
Ketiga, doa Jonas yang singkat dengan perkataan, '' sudah menyertai'mengandung makna yang sangat dalam bagi saya.  Frasa ini memperlihatkan suatu keadaan yang sudah pernah di tolong oleh Tuhan.  Suatu bentuk past tense untuk menggambarkan sudah berlalu dan diingat sebagai bentuk rasa terima kasih.  Frasa ini sekaligus mengingatkan suatu pengharapan dan kepercayaan yang sangat dalam kepada Tuhan yang sanggup memelihara hidup kita.  
Doa kita sering kali diikuti dengan permohonan, permintaan, dan juga harapan agar Tuhan berbuat ini dan itu di masa yang akan datang.  Doa yang dipanjatkan Jonas, seolah Tuhan bicara kepada saya: 'Tuhan sudah memelihara hidupmu secara perfect.  Tidak ada yang kamu perlu kuatirkan'Seolah doa ini sekaligus mewakili suatu keyakinan dan sikap mempercayakan diri akan hari depan kepada Tuhan (submissive).
Anda ingin memetik keuntungan dan kenikmatan berdoa?  Mulai dari hati dan diucapkan dengan kesungguhan.  Tidak perlu bertele-tele atau memakai kata-kata yang dalam dan rumit (yang pernah saya lakukan J ).  Doa yang sederhana dari seorang anak bila diucapkan dengan tulus dapat besar kuasanya.  Seperti ada tertulis, '' Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya.' (Yakobus 5:16b).  Kiranya Tuhan menolong kita berdoa.  Amin.


Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp

Wednesday 19 January 2011

TREN BAKAR DIRI



TREN BAKAR DIRI
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Ibrani 12:3



Siapa yang sangka bahwa aksi bakar diri seorang pemuda terpelajar, Muhammed Bouazizi pada bulan desember 2010 di Tunisia menjadi inspirasi sekaligus 'tren' sejumlah orang di berbagai negara seperti: Mesir, Aljazair maupun Mauritania?  Sebenarnya aksi bakar diri di dalam sejarah bukan hal baru.  Ada orang-orang yang berbuat ini karena marah, kecewa ataupun 'berani' untuk melakukan aksi destruktif ini demi falsafah atau cara pandang hidupnya.
Peristiwa tahun 2011 tentang bakar diri yang dibuka oleh Bouazizi sebelumnya,  mengetengahkan tema yang hampir sama: kemiskinan.  Kemiskinan dan ketidak-adilan hidup memicu sejumlah orang untuk jadi putus asa.  Putus asa diungkapkan dengan mengakhiri hidup alias bunuh diri.
Hal yang paling mematikan dari diri manusia bukan pada saat ia kekurangan sesuatu atau berada dalam keadaan sulit, tetapi pada saat seseorang berputus asa.  Putus asa adalah sikap menyerah terhadap hidup.  Putus asa dipicu dari kelelahan berlebihan yang dialami secara terus menerus.
Putus asa dapat menyerang siapa saja, di mana saja dan kapan saja.  Apakah orang itu kaya atau miskin, pandai atau bodoh, muda ataupun tua; putus asa bisa menghancurkan hidup manusia tanpa pandang agama dan kepercayaan sekalipun.  Saya pernah mengetahui seorang tetangga yang bunuh diri karena putus cinta.  Apa yang salah adalah cinta yang tidak kesampaian?   Bukan.  Saya pikir lebih karena putus asa.
Bagaimana sebaiknya kita menghadapi permasalahan dan keadaan sulit, bahkan mungkin bagi sebagian orang adalah terus menerus ini?  Belajar dari surat Ibrani, penulis mengingatkan bahwa memang kita tinggal di dunia yang sebenarnya tidak layak dihuni.  Suatu dunia yang dipenuhi dengan dosa, dimeriahkan dengan kekerasan dan ketidak-adilan. 
Penulis Ibrani mencontohkan banyaknya orang-orang percaya yang disiksa karena iman percayanya.  Mereka harus menghadapi penganiayaan dan keadaan yang sulit secara berkelanjutan.  Hal yang membuat mereka kuat, modalnya adalah iman.  Mereka tergoda untuk merangkul keputus-asaan, tetapi mereka memandang dengan iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan akhirnya beroleh pengharapan dan kekuatan.
Mengarahkan pandangan kepada Yesus Kristus/Isa Almasih/Yesua Hamashiach membuat kita sadar bahwa kita tidak sendirian.  Mengarahkan pandangan kepada-Nya memberikan kekuatan oleh kuasa kebangkitan-Nya.  Mengarahkan pandangan kepada Kristus dapat memberikan pengharapan, sukacita, damai sejahtera dan kelegaan (Matius 12:28-30).
Adalah kecenderungan kebanyakan kita apabila ada masalah ataupun kesulitan hidup dan kemudian memperhatikan, menghabiskan waktu untuk melihat kesusahan kita.  Sementara Penulis Kitab Ibrani mengajak kita mengarahkan pandangan kepada Yesus.  Seperti ada pepatah, 'Bila kita melihat manusia, kita akan kecewa.  Bila kita melihat Tuhan, kita akan beroleh kekuatan enjalani hidup.'.'
Suatu kali ada dua orang berjalan di kota besar.  Orang pertama mendengar suara binatang jangkerik, tetapi orang kedua tidak.  Tidak berapa lama orang pertama ini menyeberangi jalan, mendekati sebuah pot bunga dan merogoh seekor binatang jangkerik.  Temannya heran dan berkata,''Wah, pendengaranmu tajam luar biasa!  Bagaimana kamu bisa mendengar di tengah keramaian kota ini?'  Dengan enteng, orang pertama menjawab, 'itu tergantung apa yang kau perhatikan.'
Kemudian orang pertama memberikan tanda kepada temannya untuk memperhatikan.  Ia merogoh dikoceknya sejumlah uang, kemudian melemparkan ke jalan. Terdengar bunyi, 'kerinciiiing'. !!'  segera banyak orang yang lewat di sana menoleh, termasuk pekerja bor tanah.  Teman dari orang pertama segera mengerti maksudnya.  Itu semua tergantung dari apa yang kau perhatikan.
Hidup ini sulit.  Itu tidak bisa dipungkiri.  Semua orang tahu bahwa menjalani hidup itu tidak mudah, terlebih hidup yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan.  Mari kita membuat hidup ini tidak bertambah sulit dengan pikiran-pikiran negatif: khususnya putus asa.  Masih ada Tuhan!  Masih ada harapan!  Masih ada kehidupan kekal di surga yang luar biasa indah tak terkatakan bagi setiap orang yang mau percaya dan mengarahkan hatinya kepada Tuhan Yesus Kristus. 
Mari kita mengucapkan dan merenungkan kembali apa yang dikatakan oleh penulis kitab Ibrani, 'Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. '  Mari kita mengingat Dia, Tuhan Yesus Kristus!  Amin.


Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Sunday 16 January 2011

ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN


ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN
Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka. Pengkhotbah 5:7



Anda pernah dengar nama Gayus Tambunan di Indonesia?  Bila Anda belum pernah dengar nama ini, maka Anda termasuk orang yang jarang membaca koran, jarang menyimak televisi dan jarang bergaul dengan orang-orang di Indonesia.  Kemungkinan lain adalah Anda tidak tinggal di Indonesia sehingga tidak mengetahui nama yang santer di sebut di mana-mana.
Gayus Halomoan Tambunan adalah pegawai pajak golongan III A yang menjadi tersangka makelar pajak bernilai Miliaran rupiah.  Kasusnya sampai saat ini belum selesai dan terkesan kuat melibatkan orang-orang penting dan berpengaruh sehingga sulit dibongkar tuntas.  Ketika dipenjara, Gayus dengan entengnya bisa pulang ke rumah, menikmati fasilitas mewah (seperti narapidana berduit lainnya), bahkan plesiran ke Bali maupun luar negeri.
Tidaklah heran apabila kemudian ada seorang dari Gorontalo, Bona Paputungan membuat lagu 'Andai Aku Gayus Tambunan' untuk mengungkapkan kenyataan hukum yang bisa diperjualbelikan.  Inilah sekilas gambaran negeri yang akrab dengan korupsi dan kesemrawutan dengan mengedepankan tema: Ketidakadilan.  Mengapa begitu banyak orang yang tertarik untuk menyimak berita sampai lagu-lagu semacam ini?  Jawabannya adalah karena memang hal ini yang sedang terjadi dan keadaan ini tidak dapat dipungkiri oleh hati nurani rakyat.
Kalau seandainya Anda jadi Gayus Tambunan, apa reaksi Anda?  Senang dan bergembira karena bisa menikmati harta yang luar biasa banyaknya dan punya pengaruh tingkat tinggi?  Atau justru susah karena dipakai sebagai 'boneka' dari kepentingan orang-orang di 'atas'?  Fenomena ini seperti lapisan gunung es di bawah air laut yang dingin.  Kelihatannya kecil tetapi akarnya sangat besar dan rumit.
Bila kita berkaca kembali kepada kitab Pengkhotbah, sebenarnya raja Salomo sudah memberikan gambaran datangnya hari-hari seperti ini.  Seolah-olah Salomo berkata, 'jangan kaget! Memang itulah yang sedang terjadi'. 
Terjemahan Todays English Version terhadap Pengkhotbah 5:7 menekankan bahwa tindakan pejabat negara yang menyeleweng sebenarnya dilindungi oleh pejabat di atasnya dan pejabat-pejabat yang melakukan penyelewengan dalam sistem yang korup ini juga dilindungi oleh pejabat yang lebih senior.  Sementara itu terjemahan Contemporery English Version lebih condong menjelaskan perkataan Pengkhotbah sebagai tindakan yang disetujui atau diperintahkan oleh atasannya.  Jadi apabila dalam sistem pemerintahan yang korup, pejabat yang rendah melakukan penyelewengan karena diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.  Inilah gambaran keadaan negeri anta berantah yang dilukiskan oleh Raja Saul tentang dosa yang menggerogoti manusia.
Jauh setelah raja Salomo meninggal, Israel berada dalam keadaan seperti ini sejak dari jaman Raja-raja hingga pembuangan di Babel.  Keadilan diputar balikan, orang-orang minoritas dan lemah dimanfaatkan, diperas dan dinjak-injak.  Hukum diselewengkan justru oleh para penegak hukum.  Rakyat berbuat sekehendak hati dan semaunya sendiri (lihatlah Kitab Hakim-Hakim).  Tidaklah heran kemudian banyak terjadi kekacauan, musibah dan bencana karena ketiadaan pertobatan.
Raja Salomo yang terkenal dengan hikmatnya, menuliskan rentet kehidupan manusia dalam rana: suka duka, senang-susah, lahir-mati, bekerja-istirahat, dan masih banyak lagi yang kesemuanya menyatakan realitas semua orang baik jahat ataupun baik.  Di balik semuanya ini, penulis kitab Pengkhotbah mengingatkan kepada pembaca agar tidak lupa bahwa ada TUHAN.  Pesannya sederhana tetapi penting, 'Jangan lupa menghormati dan taat Tuhan!'
Yesus pernah berkata, 'Dan karena makin bertambahnya keduhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.  Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.'(Matius 24:12-13).  Perkataan Tuhan Yesus Kristus ini dirajutkan dalam konteks akhir jaman, di mana ada kehidupan setelah kehidupan.  Ada penghakiman yang adil dan serius kepada seluruh manusia di hadapan Tuhan.
Matius menuliskan apa yang dikatakan Yesus Kristus pada waktu itu agar setiap orang bukan saja percaya kepada Isa Almasih/Yesua Hamshiach/Yesus Kristus tetapi juga memanfaatkan hidup yang satu kali ini mengerjakan sesuatu dalam rangka menyambut kedatangan-Nya yang kedua (Matius 24).
Mari kita mengevaluasi diri sejenak, mungkin kita berpikir kehidupan Gayus H T sangatlah buruk, dosanya sangat besar dan perbuatannya sangat merugikan orang banyak.  Kita mungkin berasumsi negatif terhadap sosok ini (karena dalangnya masih tidak diketahui), namun bagaimana dengan kehidupan kita?  Apakah kita sedang melayani Tuhan?  Apakah kita sedang berbenah untuk mewujudkan hidup yang Tuhan inginkan?  Apakah kita sudah menjawab panggilan Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita (Matius 28:19-20)?  Jangan-jangan, kita merasa lebih baik dari Gayus Tambunan, tetapi Tuhan bilang, 'Aku tidak penah mengenal kamu!  Enyalah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!'   Kiranya Tuhan menolong kita sekalian untuk berbenah diri.  Amin.





Friday 14 January 2011

CINTA ALLAH BERARTI CINTA SESAMA




CINTA ALLAH BERARTI CINTA SESAMA MANUSIA
(Baca: Yohanes 5:1-18)


Aku tidak memerlukan hormat dari manusia.  Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Yohanes 5:41-42

Adalah jaman yang menyenangkan di kala orang-orang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pertolongan dari segala persoalan hidupnya.  Masa di mana Yesus Kristus hidup adalah jawaban dan sekaligus klimaks dari campur tangan Allah dalam karya terbesar: Allah menjadi manusia untuk menolong sesama manusia.
Peristiwa penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda; telah mendorong Yesus Kristus bekerja sekali lagi secara tak terduga.  Kolam Betesda dipercayai sebagai tempat di mana ketika malaikat Allah datang; mengguncangkan kolam dekat pintu Gerbang Domba; maka orang yang sakit  disembuhkan seketika memasuki kolam itu.  Hanya orang yang pertama kali.
Orang lumpuh ini sudah 38 tahun dalam keadaan demikian dan tidak pernah dapat mendapat kesempatan sebagai orang pertama yang masuk kolam Betesda.  Ia rupanya sudah berputus asa.  Ia memang terus berada di dekat kolam Betesda; diantara orang banyak yang sakit.
Yesus Kristus mengetahui dengan jelas masa lalu orang ini.  Yesus tahu bagaimana penderitaan selama 38 tahun lumpuh!  Yesus menawarkan kesembuhan kepada orang lumpuh itu:'Maukah engkau sembuh?'Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.'
Perkataan Yesus diimani oleh orang lumpuh itu, dan sembuh!  Kejadian dahsyat ini membuat banyak orang datang dan melihat.  Suasana dekat kolam Betesda menjadi ribut; riuh; ramai.  Orang-orang Yahudi takjub; sekaligus merasa keberatan karena hari itu adalah Sabat.  Dilarang mengangkat tilam karena hari itu adalah hari istirahat bagi hukum Taurat.
Bagi Yesus: jikalau Bapa-Nya masih bekerja, maka Ia pun juga terus mengerjakan misi-Nya.  Yesus bukanlah orang yang hidup dengan seperangkat aturan manusia yang dibuat untuk membuat kehidupan agama kelihatan lebih saleh.
Yesus Kristus dibesarkan dalam seperangkat tradisi; kebudayaan dan kepercayaan agama yang kental.  Kebudayaan Israel pada waktu itu menekankan ritual keagamaan lebih utama dari pada segala sesuatu.  Di sinilah yang tidak diikuti oleh Kristus.  Bagi Yesus; hal kerohanian adalah penting; teramat sangat penting.  Kendati demikian, kerohanian tidaklah terpisah dengan bidang kehidupan  yang lain.  Itulah sebabnya, Yesus merasa menolong orang lumpuh juga adalah bagian dari kerohanian yang menyatu dengan kehendak Bapa.  Mengutamakan dan mengasihi Tuhan adalah terpancar dengan mengasihi sesama dan bukan dikungkung oleh hukum atau seperangkat aturan agama.
Bagaimana dengan kehidupan kekristenan kita?  Adakah kita lebih sibuk dengan seperangkat kegiatan gereja: paduan suara; latihan Mc.;drama; rapat; persiapan ibadah; administrasi; perbaikan-perbaikan sarana gereja?  Adakah kita sebenarnya sedang duduk di pinggir kolam kasih karunia tanpa mengerti: 'iman tanpa perbuatan adalah mati'Jangan sampai tradisi keagamaan membuat kita 'lumpuh' dan tidak bertindak sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.  Seharusnya bila kita mengasihi Tuhan, maka itu terpancar dalam tindakan yang seperti Tuhan Yesus.  Kiranya Tuhan menolong kita.  Amin.